Penghasilan Pas-pasan, Bisakah Berinvestasi?

Senin, 02 September 2013 | Label: | |

Dinamika industri keuangan yang selalu bergerak cepat menimbulkan banyak peluang untuk dimanfaatkan setiap orang meningkatkan kesejahteraan ekonominya, tak terkecuali dengan hal-hal yang bersinggungan dengan investasi.

Saat ini, program-program edukasi investasi semakin banyak dan semakin sering diadakan, mulai dari yang berbayar sampai yang ‘gratis’ sekalipun. Bahkan, kita semakin dimanjakan dengan adanya internet yang bisa membantu kita untuk mengakses informasi-informasi seputar dunia investasi.

Kemudahan-kemudahan ini pastinya menambah pengetahuan dan keyakinan kita betapa pentingnya kita melakukan investasi, apapun pekerjaan kita, berapa pun penghasilan yang kita peroleh, siapa pun pemberi kerja kita, kita sendirilah yang paling bertanggung jawab dan berhak untuk menentukan bagaimana kita ingin hidup di masa depan. Setiap orang pasti bisa dan mampu berinvestasi.

Sederhana, investasi reksa dana bisa dimulai dengan Rp 100.000! Tapi, tunggu dulu, apakah Anda sudah siap berinvestasi? Berikut pemaparan Perencana Keuagan dari ZAP Finance Ratih Nurmalasari seperti dikutip detikFinance, Jumat (30/8/2013).

1. Apakah Anda Sudah Bisa Membuat Jumlah Pengeluaran Lebih Kecil dari Penghasilan?
Kita sendirilah yang memiliki hak dan tanggung jawab penuh untuk menentukan kehidupan kita di masa depan. Hal paling dasar sebelum berinvestasi adalah memiliki arus kas yang positif, artinya jumlah pengeluaran tidak lebih besar dari penghasilan yang kita peroleh.

“Tapi, gaji saya nggak cukup!”

Bisa iya, bisa juga tidak. Mau beli secangkir kopi seharga Rp 40.000 atau bawa kopi dalam kemasan sachet dari rumah, itu adalah pilihan Anda. Kita sendirilah yang memegang kendali atas uang-uang kita.

Saya ingin mengajak Anda membuat cash flow diary selama dua minggu saja. Catat pengeluaran atau pun pemasukan yang terjadi dalam rentang periode tersebut dan evaluasilah setelah dua minggu. Perhatikan item-item pengeluaran. Dari jumlah keseluruhan pengeluaran, berapa besar nominal yang Anda keluarkan untuk memenuhi keinginan (WANTS) dibandingkan kebutuhan (NEEDS).

Fokuslah untuk menghemat satu jenis item terlebih dahulu. Misalnya, setiap hari, Anda terbiasa mengawali hari di kantor dengan secangkir kopi seharga Rp 40.000. Dalam satu minggu atau lima hari kerja, putuskanlah untuk mengambil dua hari dengan membawa sendiri kopi dari rumah.

Jika harga kopi yang Anda bawa sendiri Rp 5.000/cangkir, dalam satu minggu Anda bisa menghemat sebesar Rp 70.000 dan dalam satu bulan, Anda akan mendapat tambahan sisa arus kas sebesar Rp 280.000.

Selain kopi, mungkin contoh lainnya adalah makan siang yang dikombinasikan dengan membawa bekal dari rumah, membawa botol minum, bangun lebih pagi agar tidak terpaksa menggunakan jasa ojek untuk sampai ke kantor tepat waktu, mencuci sendiri beberapa pakaian yang tidak terlalu berat dikerjakan untuk mengurangi biaya laundry, dan lain-lain.

2. Apakah Anda Tidak Memiliki Utang Kartu Kredit dan Mampu Melunasi Seluruh Tagihan Saat Jatuh Tempo?

Poin dalam pertanyaan no. 1 sangat berhubungan dengan poin ke-2 ini. Pengeluaran yang lebih besar dari penghasilan tentu membutuhkan suntikan dana tambahan untuk menambal defisit, apakah dari orang tua atau dengan pinjaman.

Biasanya, kita sering malu jika harus minta tambahan dari orang tua karena toh kita memang sudah bisa bekerja sendiri. Nah, biasanya juga ‘solusi’ yang kemudian diambil adalah menggesek kartu kredit. Sayangnya, mohon maaf saya harus mengatakan bahwa penggunaan kartu kredit untuk menambal defisit arus kas tidak tepat sama sekali.

Kartu kredit merupakan alat untuk mempermudah transaksi, sebagai pengganti uang tunai secara fisik dan bukan kartu berutang atau bahkan kartu tambahan penghasilan. Anda pun tidak perlu mengagunkan aset Anda untuk bisa menggesek kartu kredit.

Itu sebabnya, bunga yang dikenakan atas utang kartu kredit sangat tinggi dan sifatnya flat. Saat ini, bunga kartu kredit maksimal yang boleh dikenakan ke nasabah adalah 2,95% per bulan. Dengan asumsi bunga tersebut bersifat flat, maka sejatinya bunga efektif dalam satu tahun atas utang yang belum dibayar adalah 41,75%, bukan 35,4%.

Nah, dengan tingginya bunga utang kartu kredit, instrumen investasi apa yang pasti setiap tahun memberikan imbal hasil sebesar 41,75%? Saya rasa hampir tidak ada. Jadi, sebelum berinvestasi, lunasi seluruh utang kartu kredit Anda. Tentunya dengan membuat arus kas yang positif terlebih dahulu.

Kartu kredit bukanlah musuh!

Kartu kredit itu tidak jahat, lho! Yang jahat itu adalah utang kartu kreditnya. Jadi, silakan saja gunakan kartu kredit, tapi bayar lunas saat jatuh tempo, ya?

Jika semuanya sudah terpenuhi, silakan diputuskan untuk memulai berinvestasi sesuai dengan kemampuan masing-masing.

0 komentar:

Posting Komentar