Dinamika industri keuangan yang selalu bergerak cepat menimbulkan banyak
peluang untuk dimanfaatkan setiap orang meningkatkan kesejahteraan
ekonominya, tak terkecuali dengan hal-hal yang bersinggungan dengan
investasi.
Saat ini, program-program edukasi investasi semakin
banyak dan semakin sering diadakan, mulai dari yang berbayar sampai yang
‘gratis’ sekalipun. Bahkan, kita semakin dimanjakan dengan adanya
internet yang bisa membantu kita untuk mengakses informasi-informasi
seputar dunia investasi.
Kemudahan-kemudahan ini pastinya
menambah pengetahuan dan keyakinan kita betapa pentingnya kita melakukan
investasi, apapun pekerjaan kita, berapa pun penghasilan yang kita
peroleh, siapa pun pemberi kerja kita, kita sendirilah yang paling
bertanggung jawab dan berhak untuk menentukan bagaimana kita ingin hidup
di masa depan. Setiap orang pasti bisa dan mampu berinvestasi.
Sederhana,
investasi reksa dana bisa dimulai dengan Rp 100.000! Tapi, tunggu dulu,
apakah Anda sudah siap berinvestasi? Berikut pemaparan Perencana
Keuagan dari ZAP Finance Ratih Nurmalasari seperti dikutip
detikFinance, Jumat (30/8/2013).
1. Apakah Anda Sudah Bisa Membuat Jumlah Pengeluaran Lebih Kecil dari Penghasilan?Kita
sendirilah yang memiliki hak dan tanggung jawab penuh untuk menentukan
kehidupan kita di masa depan. Hal paling dasar sebelum berinvestasi
adalah memiliki arus kas yang positif, artinya jumlah pengeluaran tidak
lebih besar dari penghasilan yang kita peroleh.
“Tapi, gaji saya nggak cukup!”
Bisa
iya, bisa juga tidak. Mau beli secangkir kopi seharga Rp 40.000 atau
bawa kopi dalam kemasan sachet dari rumah, itu adalah pilihan Anda. Kita
sendirilah yang memegang kendali atas uang-uang kita.
Saya ingin
mengajak Anda membuat cash flow diary selama dua minggu saja. Catat
pengeluaran atau pun pemasukan yang terjadi dalam rentang periode
tersebut dan evaluasilah setelah dua minggu. Perhatikan item-item
pengeluaran. Dari jumlah keseluruhan pengeluaran, berapa besar nominal
yang Anda keluarkan untuk memenuhi keinginan (WANTS) dibandingkan
kebutuhan (NEEDS).
Fokuslah untuk menghemat satu jenis item
terlebih dahulu. Misalnya, setiap hari, Anda terbiasa mengawali hari di
kantor dengan secangkir kopi seharga Rp 40.000. Dalam satu minggu atau
lima hari kerja, putuskanlah untuk mengambil dua hari dengan membawa
sendiri kopi dari rumah.
Jika harga kopi yang Anda bawa sendiri
Rp 5.000/cangkir, dalam satu minggu Anda bisa menghemat sebesar Rp
70.000 dan dalam satu bulan, Anda akan mendapat tambahan sisa arus kas
sebesar Rp 280.000.
Selain kopi, mungkin contoh lainnya adalah
makan siang yang dikombinasikan dengan membawa bekal dari rumah, membawa
botol minum, bangun lebih pagi agar tidak terpaksa menggunakan jasa
ojek untuk sampai ke kantor tepat waktu, mencuci sendiri beberapa
pakaian yang tidak terlalu berat dikerjakan untuk mengurangi biaya
laundry, dan lain-lain.
2. Apakah Anda Tidak Memiliki Utang Kartu Kredit dan Mampu Melunasi Seluruh Tagihan Saat Jatuh Tempo?Poin
dalam pertanyaan no. 1 sangat berhubungan dengan poin ke-2 ini.
Pengeluaran yang lebih besar dari penghasilan tentu membutuhkan suntikan
dana tambahan untuk menambal defisit, apakah dari orang tua atau dengan
pinjaman.
Biasanya, kita sering malu jika harus minta tambahan
dari orang tua karena toh kita memang sudah bisa bekerja sendiri. Nah,
biasanya juga ‘solusi’ yang kemudian diambil adalah menggesek kartu
kredit. Sayangnya, mohon maaf saya harus mengatakan bahwa penggunaan
kartu kredit untuk menambal defisit arus kas tidak tepat sama sekali.
Kartu
kredit merupakan alat untuk mempermudah transaksi, sebagai pengganti
uang tunai secara fisik dan bukan kartu berutang atau bahkan kartu
tambahan penghasilan. Anda pun tidak perlu mengagunkan aset Anda untuk
bisa menggesek kartu kredit.
Itu sebabnya, bunga yang dikenakan
atas utang kartu kredit sangat tinggi dan sifatnya flat. Saat ini, bunga
kartu kredit maksimal yang boleh dikenakan ke nasabah adalah 2,95% per
bulan. Dengan asumsi bunga tersebut bersifat flat, maka sejatinya bunga
efektif dalam satu tahun atas utang yang belum dibayar adalah 41,75%,
bukan 35,4%.
Nah, dengan tingginya bunga utang kartu kredit,
instrumen investasi apa yang pasti setiap tahun memberikan imbal hasil
sebesar 41,75%? Saya rasa hampir tidak ada. Jadi, sebelum berinvestasi,
lunasi seluruh utang kartu kredit Anda. Tentunya dengan membuat arus kas
yang positif terlebih dahulu.
Kartu kredit bukanlah musuh!
Kartu
kredit itu tidak jahat, lho! Yang jahat itu adalah utang kartu
kreditnya. Jadi, silakan saja gunakan kartu kredit, tapi bayar lunas
saat jatuh tempo, ya?
Jika semuanya sudah terpenuhi, silakan diputuskan untuk memulai berinvestasi sesuai dengan kemampuan masing-masing.